Selasa, 02 Desember 2014

Karena masalah desain tidak dapat dinyatakan secara komprehensif, akibatnya tidak akan bisa ada daftar yang menyeluruh berisi semua solusi yang mungkin terhadap masalah itu. Beberapa penulis metodologi desain yang memiliki dasar perteknikan berbicara tentang pemetaan lingkup solusi yang mungkin. Pendapat demikian jelas tergantung dari asumsi bahwa masalah dapat dinyatakan dengan jelas dan tegas, seperti  yang diisaratkan oleh metode Alexander. Namun jika kita menerima sudut pandang sebaliknya yang dinyatakan disini, bahwa maslah desain lebih sukar dimengerti dan dimiliki definisi tidak jelas, maka tidak masuk akal jika kita berharap dapat meyakini bahwa semua solusi atas sebuah masalah telah diidentifikasi.

Desain hampir selalu mencakup kompromi. Terkadang tujuan-tujuan yang telah dinyatakan bisa mengalami konplik satu sama lain, seperti bila penegendara sepeda motor menuntut percepatan yang baik sekaligus konsumsi bahan bakar yang rendah. Jarang desainer mampu mengoptimalkan satu persyaratan tanpa menderita kerugian di lain. Cara memperoleh keseimbangan dan kompromi itu sendiri tetap tergantung pada kemampuan menilai yang cakap. Maka dari itu tidak ada solusi optimal atas masalah desain, tetapi satu lingkup solusi yang berterima (kalau sang desainer bisa  memikirkannya).

Tiap solusi ini mungkin akan lebih atau kurang memuaskan dalam cara-cara yang berbeda. Pengambilan keputusan desain merupakan persoalan keputusan, maka demikian pula halnya dengan penilaian dan evaluasi solusi. Tidak ada metode yang kukuh untuk memutuskan seberapa baik atau buruk sebuah solusi, dan ujian terbaik bagi kebanyakan desain masih berupa menunggu dan melihat sebaik apa desain itu berfungsi dalam praktiknya. Solusi desain takkan pernah bisa sempurna, dan sering lebih mudah dikritik daripada diciptakan, dan desainer harus menerima bahwa mereka akan pasti terlihat slah dalam beberapa hal di mata beberapa orang. 
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar